POLA PEMBINAAN PENGURUS CETIYA KUSALA CETANA DALAM UPAYA PELAYANAN TERHADAP UMAT BUDDHA
POLA PEMBINAAN PENGURUS CETIYA KUSALA CETANA
DALAM UPAYA PELAYANAN TERHADAP UMAT BUDDHA
Asti Ristiani
Ristianiasti18@gmail.com
Pelayanan merupakan hal penting yang harus dilaksanakan dalam memberikan kepuasan kepada masyarakat. Pelayanan dapat diberikan oleh instansi pemerintah, baik yang terdapat di pusat maupun di daerah. Pelayanan dapat juga dilakukan oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan yang terdapat di lingkungan sekitar. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat maka tuntutan akan pelayanan yang baik dan memuaskan sangat diharapkan. Masyarakat menginginkan pendidikan dengan kualitas terbaik, jaminan kesehatan, maupun pelayanan dalam kehidupan beragama.
Pelayanan lingkup kecil dalam agama Buddha dilaksanakan oleh pengurus vihara. Pengurus vihara berperan untuk mengatur setiap kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan program kerja dari kepengurusan vihara tersebut. Pelayanan umat Buddha juga sangat penting untuk diperhatikan oleh pengurus vihara. Sikap pengurus dalam melayani umat, cara apa saja yang digunakan, dan langkah apa saja yang dilaksanakan dalam pelayanan umat tersebut. Pengurus vihara harus memiliki sifat sosial sehingga dapat berbaur dengan baik kepada umat, memiliki motivasi yang lebih, tanpa paksaan, dan memiliki kemampuan serta pengalaman yang luas. Dengan memiliki sifat-sifat tersebut maka pengurus mampu memberikan pelayanan yang baik kepada umat.
Umat Buddha di setiap wilayah ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan. Sebagai umat umumnya mengharapkan adanya kemudahan dan pelayanan yang cepat, seperti pelayanan pemberkatan pernikahan, kematian, Dharma keliling (anjangsana), dan pembacaan Tisarana. Selain itu, memperoleh pelayanan secara wajar tanpa mengarah pada permintaan akan sesuatu atau alasan untuk kesejahteraan, jujur, dan perlakuan serta kepentingan yang sama.
Untuk memperbaiki pelayanan pengurus yang rendah terhadap umat tentu harus dilakukan suatu tindakan. Tindakan tersebut berupa pembinaan yang dilakukan kepada pengurus Cetiya Kusala Cetana. Pembinaan ini dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan Buddha maupun organisasi-organisasi Buddhis yang ada. Dengan adanya pembinaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang ada khususnya pengurus Cetiya Kusala Cetana agar keyakinan umat terhadap agama Buddha juga meningkat.
Menurut Sugono Dendy, dkk (2008: 193) pembinaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan membina. Pembinaan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang sistematis untuk mengubah perilaku individu maupun kelompok dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. Pembinaan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan. Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya. Sugono Dendy, dkk (2008: 1088) pola memiliki arti sebagai corak, model, sistem, cara kerja, atau bentuk (struktur) yang tetap. Istilah pola pembinaan diartikan sebagai model atau acuan yang digunakan untuk memperbaharui atau membangun ke arah yang lebih baik. Macam-macam pola pembinaan menurut Mangunhardjana dalam Carolina (2013: 3) antara lain pembinaan orientasi, kecakapan, pengembangan kepribadian, kerja, penyegaran, dan lapangan.
Sedarmayanti (2012: 303) pelayanan adalah melayani suatu jasa yang dibutuhkan masyarakat dalam segala bidang. Kegiatan pelayanan kepada masyarakat merupakan salah satu tugas dan fungsi administrasi negara. Pelayanan masyarakat adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dan atau kelompok orang/instansi tertentu untuk memberi bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai tujuan (Thoha dalam Sedarmayanti, 2012: 304). Pelayanan masyarakat juga berhubungan dengan kepentingan umum. Maksud dari
kepentingan umum adalah suatu bentuk kepentingan yang menyangkut orang banyak atau masyarakat. Adapun dimensi tolak ukur kualitas pelayanan menurut Sedarmayanti (2011: 312) antara lain reliability (handal), responsiveness (pertanggungjawaban), assurance (jaminan), emphaty (empati), dan tangibles (terjemahan).
Organisasi adalah struktur formal yang stabil dan formal yang mengambil sumber daya dari lingkungan dan memprosesnya untuk menciptakan output (Danang Sunyoto, 2014: 89). Organisasi merupakan elemen sosial karena memiliki hubungan dengan masyarakat sekitar. Menurut Setyowati (2013: 4) organisasi pada dasarnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial yang dilakukan oleh seorang pimpinan. Dengan demikian jelas bahwa keberhasilan pencapaian sebuah tujuan sangat ditentukan oleh organisasi itu sendiri terutama oleh struktur yang dianutnya. Zulkifli Amsyah (2005: 6) mengemukakan bahwa terdapat tiga fungsi dalam manajemen organisasi, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan/pengendalian (controlling).
Dalam sebuah organisasi juga terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan, salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Soetopo (2012: 189), komunikasi adalah proses menghasilkan, menyalurkan, dan menerima pesan-pesan dalam keseluruhan proses organisasi. Dalam komunikasi, komponen penting yang harus diperhatikan adalah kemampuan pengirim pesan, keakuratan pesan, proses penyandian, ketepatan saluran, dan penerima pesan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka keberlangsungan komunikasi akan terjalin dengan baik serta feedback yang diharapkan juga sesuai.
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pola pembinaan pengurus vihara. Peneliti memilih salah satu cetiya di Kecamatan Teluknaga, yaitu Cetiya Kusala Cetana sebagai objek penelitian karena pelayanan yang dilakukan oleh pengurus kepada umat Buddha kurang maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola pembinaan yang diikuti oleh pengurus Cetiya Kusala Cetana dalam upaya pelayanan terhadap umat Buddha.
Selengkapnya, silahkan unduh