PENERAPAN SELF ASSESSMENT
DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG
Oleh:
YULI AGUSTINA
NIM 0250112010502
Pendidikan adalah unsur penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan tidak lepas dari peran seorang guru. Guru dituntut untuk menyediakan berbagai pengalaman belajar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung di kelas hendaknya mampu menarik perhatian siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.
Dalam pembelajaran kelas rendah di Sekolah Dasar (SD) Dharma Putra Tangerang, peserta didik masih belum memahami sikap yang harus dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan juga kurang paham terhadap diri sendiri. Hal ini dapat diamati dalam berbagai bentuk perilaku yang dilakukan siswa seperti: suka mengganggu teman, merusak alat-alat pelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering menyendiri, menangis, dan malas mengikuti pembelajaran (Observasi, 14 April 2015).
Guru merupakan pendidik yang bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Dalam peningkatan mutu pendidikan, kompetensi merupakan syarat yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan fungsinya. Kompetensi guru adalah keterampilan dan tindakan cerdas dengan tanggung jawab melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal guru seperti kepribadian yang baik, dewasa, stabil, arif, berwibawa, bijaksana, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik. Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik atau rekan sejawat. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam, salah satunya terampil dalam menilai peserta didik.
Penilaian diri yang dilakukan di SD Dharma Putra Tangerang telah diterapkan tapi hanya kadang-kadang dan lembar penilaian diri yang bersifat objektif, misal: “saya selalu membantu orangtua di rumah” (Wawancara, 3 Desember 2015 dengan Bapak Gunawan). Dengan demikian penerapan self assessment yang dilakukan oleh guru cenderung monoton. Peserta didik tidak dilatih untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran melalui penilaian diri tersebut.
Anggapan guru yang masih terpusat pada orientasi hasil belajar tanpa mempertimbangkan proses yang dialami peserta didik menjadikan sedikitnya penggunaan teknik penilaian diri dalam pembelajaran. Hal ini didasari karena penilaian diri yang bersifat sebagai alat penilaian nontes kurang objektif jika digunakan sebagai alat penilaian. Oleh sebab itu jika penilaian hanya dilakukan dengan menggunakan tes saja, maka guru tidak akan mengetahui kesulitan- kesulitan yang dialami peserta didik. Guru lebih sering menilai hasil belajar peserta didik dengan menggunakan soal evaluasi dalam bentuk tes tertulis dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini guru kurang mendapatkan feedback dari peserta didik mengenai kendala yang mereka alami dalam proses pembelajaran.
Di SD Dharma Putra Tangerang, penulis menjumpai salah satu guru yang masih menggunakan metode belajar ceramah. Akibatnya, peserta didik berbicara dengan teman sebangku, mengganggu teman, sibuk sendiri, dan mengantuk (Observasi, 14 April 2015). Dengan demikian jika guru menggunakan penilaian tes tanpa menilai proses dalam pembelajaran, maka hasil belajar siswa akan menurun karena bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Data menunjukkan bahwa kurikulum 2013 belum dipahami oleh sebagian besar guru. Sekolah yang sudah menerapkan kurikulum berjumlah 6221 sekolah. Hal ini disebabkan karena pada pendidikan tingkat rendah banyak guru yang sudah lanjut usia, distribusi buku panduan, dan pelatihan yang tidak merata (Kompas, 12 Desember 2014).
Dari data di atas menunjukkan bahwa kurikulum 2013 belum siap digunakan. Penilaian diri yang diterapkan sulit diterima oleh para guru, karena rata-rata guru yang mengajar pada pendidikan tingkat rendah sudah lanjut usia. Kasus belum dipahaminya penggunaan kurikulum 2013 ini dirasakan oleh guru SD Dharma Putra Tangerang, mereka masih merasa kesulitan dalam menggunakannya terlebih dalam penilaian karena terlalu rumit dan banyak (Wawancara, 14 April 2015 dengan Ibu Sri).
Assesment atau penilaian adalah proses pengumpulan informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan sejauh mana pengetahuan yang telah diperoleh seorang peserta didik tentang bahan ajar yang telah diajarkan kepadanya. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian. Oleh karena itu, penilaian diri memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengambil tanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri.
Self assessment memiliki dampak positif terhadap kehidupan peserta didik diantaranya yaitu; dapat menumbuhkan rasa percaya diri, menyadari kekuatan serta kelemahan melalui intropeksi, melatih kebiasaan jujur dan tanggung jawab setiap peserta didik, karena penilai yang tahu persis tentang kemampuan diri dalam memahami pembelajaran adalah individu mereka sendiri. Selama ini penilaian keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran pada umumnya dilakukan oleh guru. Self assessment sebagai teknik penilaian akan sangat efektif untuk menggali nilai-nilai spiritual, moral, sikap, bahkan aspek motorik, dan kognitif peserta didik. Dengan penilaian diri ini peserta didik diajak secara objektif untuk melihat ke dalam dan keadaan dirinya sendiri dengan tanggung jawab.
Berdasarkan uraian permasalahan dan pemikiran di atas, diketahui masalah
yang ada pada peserta didik di kelas rendah serta guru yang
melaksanakan penilaian diri akan tetapi masih terbatas. Diketahui bahwa
penilaian yang digunakan sebagian besar berorientasi pada hasil belajar
melalui penilaian tertulis. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengangkat judul skripsi yang berjudul “Penerapan Self Assessment di
Sekolah Dasar Dharma Putra Tangerang”. Berdasarkan identifikasi
masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan self assessment di Sekolah
Dasar Dharma Putra Tangerang?” setelah melihat permasalahan yang
dikemukakan maka tujuan penelitiannya adalah mengetahui penerapan self
assessment di SD Dharma Putra. Setelah mengetahui tujuan penelitian maka
akan timbul pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah bentuk-bentuk self assessment di SD Dharma Putra Tangerang, bagaimanakah
pelaksanaan self assessment di SD Dharma Putra Tangerang, dan
bagaimanakah pola penerapkan self assessment di SD Dharma Putra
Tangerang.
Selengkapnya, silahkan unduh