form informasi
DUMAS
 
Kontak & Lokasi Kampus
 
 
 
Untitled Document
Selamat datang di STABN Sriwijaya "Buddhistik Unggul Berkarakter". Anda memasuki wilayah Zona Integritas: bebas dari korupsi dan bebas dari gratifikasi    |    STOP PUNGLI !!! Kami TOLAK PUNGLI !!! Ada pungutan liar, laporkan ke: lapor@saberpungli.id ; Call Center: 0821 1213 1323; SMS: 1193 / 0856 8880 881 / 0821 1213 1323; Fax.: 021-345 3085   |   
 
 
Untitled Document
Pendaftaran Online
Program Reguler
Area Mahasiswa  -  Dosen
Alumni
Beasiswa
Galeri
Publikasi P2M
Publikasi P3M
Layanan Informasi
E-Journal
Kuliah Online
Repository
PPID
SW Penerbit
 
Artikel
 
 
PENGARUH ETIKA JAWA DAN PELAKSANAAN SīLA TERHADAP PENGENDALIAN DIRI MAHASISWA STAB NEGERI SRIWIJAYA TAHUN AKADEMIK 2015/2016
26-04-2017 | dibaca 1649 X

PENGARUH ETIKA JAWA DAN PELAKSANAAN SīLA TERHADAP
PENGENDALIAN DIRI MAHASISWA STAB NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016


Oleh:
Wibowo
NIM 0250112010501

.

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, universitas, institut maupun sekolah tinggi. Mahasiswa sebagai agen perubahan bangsa mengemban tanggung jawab besar. Mahasiswa memiliki peran moral, sosial, dan intelektual dalam masyarakat. Peran moral mahasiswa dapat diciptakan dalam diri sendiri. Dalam tahap perkembangan mahasiswa termasuk dalam tahap dewasa. Dalam tahap dewasa seharusnya mahasiswa sudah memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap diri sendiri. Peran moral menjadi penting karena mahasiswa harus menjadi pelopor moral yang baik. Peran sosial mahasiswa adalah menyadari bahwa yang dilakukan tidak untuk diri sendiri namun juga masyarakat sekitar. Peran intelektual mahasiswa dapat diciptakan dalam masyarakat sekitar dengan menerapkan ilmu yang didapat selama menjalani pendidikan di pergurun tinggi.

Perguruan tinggi atau universitas merupakan tempat bagi mahasiswa untuk menempuh pendidikan lanjutan yang lebih tinggi, sesuai dengan jurusan yang dipilih. Mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap moral masing-masing sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang ada dalam masyarakat. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi bagi lingkungan sekitar. Mahasiswa sebagai orang yang disebut insan berintelektual harus dapat mewujudkan makna tersebut dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan memberikan perubahan yang membawa kemajuan bagi ranah pendidikan. Perguruan tinggi harus disertai fasilitas yang menunjang pendidikan, maka dari itu kebanyakan letaknya di kota-kota besar. Dengan kondisi ini banyak mahasiswa dari desa pindah ke kota untuk belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa yang jauh dari tempat tinggal biasanya mencari kos atau tinggal di asrama untuk menetap di kota dan disebut mahasiswa rantau. Mahasiswa rantau cenderung bebas melakukan sesuatu untuk dirinya tanpa adanya kontrol dari orangtua, dan mereka dituntut untuk mandiri.

Pergaulan bebas dapat terjadi karena pada dasarnya mahasiswa yang tinggal di luar daerah tidak secara langsung diawasi oleh orangtua. Mereka yang merasa sudah dewasa dapat melakukan hal apapun yang mereka anggap itu benar, tanpa ada larangan dari orangtua. Pergaulan yang terjadi kapan saja serta dengan siapa saja, baik dengan sesama jenis, lawan jenis, dengan yang muda maupun yang tua, dalam kepentingan apa saja yang penting mereka merasa nyaman. Mereka yang telah merasa nyaman akan berbuat apa saja tanpa ada orang yang menghalangi keinginannya. Pergaulan bebas mahasiswa dapat menimbulkan hal-hal negatif seperti mahasiswa mabuk-mabukan, merokok, tidak mempunyai sopan santun, sikap konsumtif dengan mengedepankan gaya hidup yang mewah (Observasi, 22 September 2015).

Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Negeri Sriwijaya Tangerang Banten memiliki 99% mahasiswa rantau yang jauh dari orangtua dan sebagian besar berasal dari pulau Jawa (Observasi, 11 Agustus 2015). Mahasiswa sebagian besar tinggal di asrama dengan pengawasan yang kurang dari pihak pengelola, lalu beberapa memilih untuk tinggal di rumah sewa (kos). Kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keluarga yang dekat dengan kampus, sehingga merasa memiliki kebebasan. Kebebasan itulah pelopor munculnya hal-hal negatif dan menyimpang tanpa ada kontrol diri.

Mahasiswa STAB Negeri Sriwijaya Tangerang-Banten, sering keluar malam untuk nongkrong dengan teman-temannya dan tidak jarang mereka melakukan minum-minuman keras dan merokok (Observasi, 1 Oktober 2015). Aktivitas tersebut terjadi karena kurangnya kontrol diri dan lengahnya pengawasan dari orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, atau lingkungan. Kurangnya kesadaran dan pengawasan dikhawatirkan akan memberi kesempatan mahasiswa untuk terus melakukan hal yang menyimpang tersebut. Hal itu terjadi karena mahasiswa merasa memiliki kebebasan dan tidak ada yang mempedulikan hidupnya.

Wujud penyimpangan tingkah laku yang lainnya adalah adanya perilaku seks di luar nikah oleh mahasiswa. Peristiwa ini ditandai oleh beberapa mahasiswa yang hamil di luar nikah (Observasi, 9 Oktober 2015). Hal ini juga dikarenakan tidak ada pengawasan dari orangtua dan rendahnya pengawasan dari pihak sekitar. Perilaku seks di luar nikah jelas menunjukkan pengendalian diri mahasiswa yang rendah.

Saat mahasiswa berada di kampus STAB Negeri Sriwijaya Tangerang-Banten, banyak yang tidak memiliki etika atau sopan santun. Banyak diantara mereka cenderung tidak menghargai orang yang lebih tua, seperti saat bertemu dengan dosen, pegawai, dan kakak kelas tidak menyapa atau sekadar menegur (Observasi, 1 Oktober 2015). Kejadian ini menandakan bahwa etika dari mahasiswa sangat kurang dan dilupakan. Mahasiswa bertindak semaunya sendiri dan kurang menghargai orang lain.

Sifat mengesampingkan etika lainnya yang dilakukan oleh mahasiswa STAB Negeri Sriwijaya Tengerang-Banten adalah gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif mahasiswa terlihat dari mahasiswa yang mengajukan beasiswa tidak mampu tetapi gaya hidup mereka mewah. Beasiswa tidak mampu atau prestasi digunakan untuk membeli sesuatu yang menunjang gaya hidupnya. Gaya hidup mewah ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang dekat dengan pusat perbelanjaan (Observasi, 25 November 2015).

Dari contoh kasus yang ada merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan norma, etika, dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai bentuk penyimpangan tingkah laku: ketergantungan alkohol, perilaku seks di luar nikah, sikap kurang sopan dan sikap menentang terhadap orang yang lebih dewasa. Penyimpangan tingkah laku mahasiswa ini disebabkan beberapa faktor yaitu emosional, lingkungan serta pendidikan budi pekerti yang kurang maksimal. Penyimpangan ini cenderung melanggar nilai sosial, norma, dan etika yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, serta rendahnya pengendalian diri mahasiswa STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten.

Rendahnya kontrol atau pengedalian diri pada mahasiswa terjadi karena kurangnya pemahaman tentang konsep-konsep seperti yang ada dalam etika Jawa dan ajaran agama Buddha. Ajaran etika Jawa dan agama Buddha yang dimaksud menyangkut tentang pengendalian diri setiap individu. Etika Jawa adalah keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana seharusnya menjalani hidup. Ajaran Buddhis sebenarnya latihan moralitas yang baik untuk dilaksanakan.

Latihan moralitas yang sesuai untuk mahasiswa adalah Pancasīla Buddhis. Manfaat dari latihan tersebut adalah mettā atau cinta kasih, kedermawanan, santhuti atau mudah puas dengan apa yang dimiliki, sacca atau kejujuran, dan samādhi atau konsentrasi yang baik. Sifat-sifat positif ini dapat meningkatkan keyakinan mahasiswa terhadap ajaran agama yang dianutnya dan memiliki pengendalian diri dalam bergaul, sehingga dapat terhindar dari perilaku menyimpang karena menerapkan rasa malu dan takut dalam setiap perilakunya.

Etika Buddhis yang dilaksanakan mahasiswa sebagai pengendalian diri, memiliki keserasian dengan etika yang terdapat di dalam kehidupan bermasyarakat. Pelaksanaan latihan moralitas dengan benar disertai pengendalian diri memungkinkan mahasiswa terhindar dari perilaku menyimpang. Dengan demikian etika Buddhis yang dilaksanakan sebagai latihan moralitas secara benar merupakan alat pencegahan dan penanggulangan terhadap perilaku menyimpang pada mahasiswa. Namun hal ini belum dipraktikkan secara optimal oleh mahasiswa di STAB Negeri Sriwijaya.

Berdasarkan penyimpangan tingkah laku mahasiswa di STAB Negeri Sriwijaya yang sebagian besar mahasiswa berasal dari pulau Jawa, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang "Pengaruh Etika Jawa dan Sīla terhadap Pengendalian Diri Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya." Alasan peneliti tertarik untuk meneliti yakni karena peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh Etika Jawa dan Sīla terhadap pengendalian diri mahasiswa.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah pengaruh etika Jawa dan pelaksanaan sīla terhadap pengendalian diri mahasiswa STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten?"

Adapun tujuan penelitian ini secara operasional adalah mendeskripsikan pengaruh etika Jawa dan pelaksanaan sīla terhadap pengendalian diri mahasiswa STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan ex post facto. Metode ini digunakan untuk mengungkapkan perubahan variabel bebas yang terjadi secara alami tanpa memberikan perlakuan (Sugiyono, 2011: 383). Metode ini digunakan untuk menentukan ada tidaknya pengaruh etika Jawa dan pelaksanaan sīla terhadap pengendalian diri mahasiswa di STAB Negeri Sriwijaya tahun akademik 2015/2016.


 
 
Profil Bulan Ini
 
 
Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI
Upacara Bendera
   
 
 
 
     
 
Alumni Sukses
     
 
Tetap Berusaha dan Pantang Menyerah
Kesuksesan
   
 
 
 
     
Berita
 
 
STABN Sriwijaya Melakukan Anjangsana dengan Yayasan Avalokitesvara Serang: Membangun Kerjasama dalam Pendidikan Agama Buddha
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Sriwijaya menjalin hubungan yang erat dengan Yayasan Avalokitesvara Serang melalui kegiatan anjangsana yang
   
STABN Sriwijaya Meluncurkan Jurnal Internasional: Membangun Jembatan Pengetahuan Antarbangsa
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Sriwijaya telah mencatatkan sejarah baru dengan peluncuran Jurnal Internasional
   
 
 
 
     
 
Artikel
     
 
Tingkat Keaktifan Mahasiswa dalam Perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya
Bahwa keaktifan bertanya mahasiswa dalam perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya dapat dikategorikan "Sering" menurut 53 orang
   
TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA
Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan akademik STABN Sriwijaya sebesar 75,52% yaitu mahasiswa merasa puas terhadap layanan yang diberikan
   
 
 
 
     
    All Right Reserved © STABN SRIWIJAYA