POLA SELF REGULATED LEARNING SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA
DI SEKOLAH DASAR ARIYA METTA KELAS V
Oleh
Darmiyanti
Darmyanti94@gmail.com
Kemandirian seseorang sangat diperlukan untuk mengatur hidup, khususnya pengaturan diri. Kemampuan mengatur diri sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari terutama pada proses belajar. Winataputra (2014: 4.43) menyatakan bahwa kemampuan mengatur diri sendiri (self regulation) adalah usaha seseorang untuk memengaruhi perilakunya sendiri. Setiap siswa memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri dalam mengendalikan pikiran dan tindakan. Seseorang yang mampu mengatur diri akan bertindak yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Ihsan, 2005: 1-2). Pendidikan Agama Buddha merupakan salah satu mata pelajaran yang dimulai dari SD sampai perguruan tinggi. Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 97-98) merumuskan tujuan Pendidikan Agama Buddha yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengembangkan keyakinan (saddha) dan ketakwaan (bhakti) kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana; (2) mengembangkan manusia yang berakhlak mulia peningkatan pelaksanaan moral (sīla), meditasi (samadhi), dan kebijaksanaan (pañña) sesuai dengan Buddha Dhamma; (3) mengembangkan manusia yang memahami, menghayati, dan mengamalkan/menerapkan Dhamma sesuai ajaran Buddha yang terkandung dalam Kitab Suci Tipitaka sehingga menjadi manusia yang bertanggung jawab sesuai dengan prinsip Dhamma dalam kehidupan sehari-hari; (4) memahami agama Buddha dan sejarah perkembangannya di Indonesia.
Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar secara maksimal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu fisiologi, psikologi maupun lingkungan. Faktor psikologi siswa yang mempengaruhi upaya dalam mencapai tujuan belajar adalah motivasi belajar. Siswa yang memiliki karakteristik self regulated learning salah satunya akan yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri. Sehubungan hal tersebut Sang Buddha membabarkan Dhamma tentang 5 Bala (Jeto, 2003: 17) yaitu: (1) saddhā (keyakinan); (2) viriya (usaha yang semangat); (3) sati (kemampuan mengingat, waspada); (4) samādhi (pemusatan pikiran dengan teguh/konsentrasi); (5) paññā (kebijaksanaan). Siswa yang memiliki motivasi tinggi, idealnya mampu mempersiapkan diri sebagai langkah awal mencapai tujuan belajar, akan tetapi tidak sedikit siswa yang belum siap mencapainya dengan persiapan yang baik. Siswa biasanya kurang persiapan belajar ketika akan mengikuti tes evaluasi belajar.
Namun masih banyak siswa yang memiliki kebiasaan kurang baik dalam pengaturan waktu belajar, menyelesaikan tugas pekerjaan rumah (PR), dan kurang mempersiapkan diri ketika akan mengikuti ulangan. Siswa baik adalah generasi muda terdidik yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Kejujuran sangat diperlukan siswa pada proses pembelajaran. Namun kenyataannya masih terdapat siswa yang tidak jujur. Siswa SD Ariya Metta bernama Marlin Atmaja kelas VA membaca contekan saat mengerjakan ulangan Pendidikan Agama Buddha. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut kurang siap dalam menghadapi ulangan.
Seorang siswa akan rajin dan mandiri mengerjakan PR jika terdapat motivasi dari dalam maupun luar diri siswa. Siswa yang mandiri dalam belajar sangat memerlukan motivasi dari dalam dirinya. Pengaturan diri berpengaruh pada perilaku, karena siswa mengatur tindakan untuk tetap fokus pada pencapaian tujuan. Self regulated learning adalah proses yang digunakan siswa untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan tindakan secara sistematis pada pencapaian tujuan (Schunk, 2012: 598). Banyak proses yang terdapat dalam self regulated learning, Ormord (2008: 38-39) menyatakan bahwa self regulated learning mencakup proses-proses berikut ini: (1) penentuan tujuan; (2) perencanaan; (3) motivasi diri; (4) kontrol atensi; (5) penggunaan strategi yang fleksibel; (6) monitor diri; (7) mencari bantuan yang tepat.
Berdasarkan fenomena hasil belajar yang berbeda dari siswa SD Ariya Metta memiliki beragam dalam pengaturan diri dalam belajar. Perbedaan kebiasaan belajar dan kurangnya kemandirian belajar siswa di SD Ariya Metta tersebut mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang hasil belajarnya tinggi idealnya memiliki pengaturan diri dalam belajar, meskipun terdapat kemungkinan siswa yang tidak memiliki pengaturan diri juga bisa mendapat hasil belajar yang tinggi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pola self regulated learning siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha di SD Ariya Metta kelas V. Harapan peneliti adalah dapat mendeskripsikan pola self regulated learning siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha. Pengaturan diri dalam belajar mengharuskan siswa memiliki kesadaran yang tinggi untuk mencapai tujuan belajar.
Selengkapnya, silahkan unduh