KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA BERPRESTASI DI SMP DHARMA PUTRA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA BERPRESTASI
DI SMP DHARMA PUTRA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
DARSANI
NIM: 0250113010519
Perkembangan era globalisasi saat ini penuh dengan tantangan dan persaingan, terutama dalam hal pendidikan. Hal ini menjadi tugas suatu bangsa untuk menciptakan manusia yang berkualitas baik, agar mampu menghadapi tantangan hidup di zaman modern ini. Manusia yang berkualitas akan dapat dicapai melalui pendidikan yang bermutu, karena pendidikan merupakan pondasi utama dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Dalam meningkatkan kualitas manusia diperlukan kegiatan belajar yang baik, sehingga menjadi suatu kebiasaan belajar positif yang dapat mengangkat mutu pendidikan terutama di Indonesia. Namun faktanya masih banyak sistem belajar maupun kebiasaan belajar yang kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan fenomena yang sekarang terjadi yakni rendahnya peminat baca seperti data yang dikeluarkan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang menyatakan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya mencapai angka 0,001. Artinya dari setiap 1000 orang di Indonesia hanya ada satu orang saja yang memiliki minat baca. Selaras dengan UNESCO, Badan Pusat Statistik (BPS) juga melansir pada tahun 2012 sebanyak 91,68 persen penduduk yang berusia 10 tahun ke atas lebih suka menonton televisi, dan hanya sekitar 17,66 persen yang menyukai membaca, baik itu surat kabar, buku maupun majalah (Indah Dwi Aryani, 2016. Indonesia Krisis Minat Baca. http://berita. suaramerdeka.com/indonesia-krisis-minat-baca) (diakses 18 Desember 2016).
Selain minat baca besarnya pengaruh gadget dikalangan anak-anak sekarang cukup menjadi sorotan publik, pasalnya anak kecil maupun kalangan remaja lebih banyak menggunakan smartphone dibandingkan belajar. Seperti yang dinyatakan oleh Noura Andika bahwa masa ini dunia sudah dikuasai oleh teknologi. Teknologi dengan segala keanggunan dan kecanggihannya berhasil memikat berbagai kalangan usia mulai usia manula, dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Orangtua kerap memfasilitasi putra-putri mereka yang masih belia dengan gadget atau barang-barang teknologi lainnya untuk memanjakan putra-putri mereka seperti komputer dan handphone. Penggunaan gadget memberikan dampak negatif bagi anak maupun remaja yakni kehilangan kemampuan bersosialisasi, rentan dengan situs pornografi dan menurunnya prestasi belajar. (Noura Andika, 2013. Dampak Negatif Teknologi Bagi Anak-anak dan Remaja. http://www.kompasiana.com/oktacs/dampak-negatif-teknologi-bagi-anak-anak-dan-remaja_552a108cf17e612753d623c4) (diakses 31 Maret 2017).
Banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tidak hanya permasalahan di atas tetapi problem sekarang yang masih familiar adalah kebiasaan belajar dengan “Sistem Kebut Semalam” (SKS) yang merupakan istilah pelesetan dari Satuan Kredit Semester. Aktivitas belajar ini sering di jadikan alternatif utama oleh siswa maupun mahasiswa ketika akan menghadapi ujian, baik ujian tengah semester maupun ujian akhir semester. Kegiatan belajar sistem kebut semalam ini merupakan cara belajar yang kurang efektif karena dapat menyebabkan insomania atau kekurangan tidur sehingga konsentrasi belajar terganggu, selain itu sistem belajar ini juga tidak baik bagi perkembangan otak karena memaksa kinerja otak (Smakatolikkrian. 2014. Dampak Negatif Belajar Sistem Kebut Semalam. http://smakatolikkrian.sch.id/eksternal/dampak-negatif-belajar-sistem-kebut-sema lam) (diakses 18 Desember 2016).
Krisis kebiasaan belajar di Indonesia sekarang sangat memprihatinkan, karena dapat menyebabkan buruknya kualitas peserta didik maupun lembaga pendidikan. Masalah ini jika tidak segera ditangani akan berdampak negatif bagi perkembangan mutu pendidikan di Indonesia. Problem tersebut dapat menimbulkan masalah-masalah belajar lainnya seperti menurunnya prestasi belajar, buruknya kualitas output peserta didik dan menjadi penghambat tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Sekolah Dharma Putra yang berada di bawah Yayasan Pendidikan Dharma Putra, yang terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, SMA, dan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK). Sekolah Dharma Putra merupakan lembaga pendidikan swasta bercirikan Buddhis, sehingga mencerminkan pendidikan yang bermoral dan tentunya berkarakter sesuai Buddha Dhamma. Kebiasaan belajar di SMP Dharma Putra menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui, sehingga dapat diterapkan oleh sekolah-sekolah lain di Indonesia. Selain kebiasaan belajar dan prestasi siswa, lokasi yang strategis dan fasilitas yang mendukung pembelajaran menjadi faktor lain yang menarik penulis untuk melakukan penelitian ini. Di samping itu, SMP Dharma Putra merupakan sekolah yang akreditasinya A, dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, tenaga pengajar yang berkompeten, peserta didik aktif dalam kegiatan ektrakurikuler terutama menulis Majalah Kardus dan aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan akademik maupun non akademik. Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam, bagaimana kebiasaan belajar peserta didik berprestasi di SMP Dharma Putra. Penulis berharap dengan meninjau kebiasaan belajar serta faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar peserta didik, maka penulis akan mengetahui penyebab prestasi belajar siswa.
Menurut Stephen dan Covey (2010: 55) mengatakan bahwa kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam kehidupan, karena konsisten dan sering merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan terus menerus, setiap hari, mengekpresikan suatu karakter dan menghasilkan efektivitas atau ketidakefektivan seseorang. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan konsisten akan mengekpresikan suatu karakter yang bersifat menetap dan otomatis, sehingga menunjukan efektivitas atau ketidakefektivan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan khususnya belajar. Menurut Djaali (2009: 128) mengemukakan bahwa kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelasaikan kegiatan. Peranan kebiasaan dalam kegiatan belajar sangat penting karena mengandung motivasi yang kuat dan bersifat mengukuhkan (reinforcing).
Kebiasaan sering disebut sebagai suatu kegiatan atau perbuatan yang diulang-ulang, hal ini sependapat dengan Kaharuddin (2005: 281) yang menyatakan bahwa kebiasaan adalah suatu kamma atau perbuatan kebiasaan seseorang karena seringnya dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah suatu proses belajar yang berkaitan dengan kegiatan aktif melalui perbuatan positif yang dibiasakan dan dilakukan berulang-ulang. Perbuatan tersebut meliputi cara atau teknik yang menetap dalam menyelesaikan suatu kegiatan, sehingga membentuk karakter atau watak seseorang yang senang dalam belajar dan menghasilkan suatu keterampilan maupun kemampuan belajar yang maksimal.
Umumnya prestasi itu dapat diperoleh melalui cara belajar dan kebiasaan belajar yang dilaksanakan dengan baik. Beberapa cara untuk meraih prestasi diantaranya bergaul dengan teman-teman yang baik, memperhatikan bapak atau ibu guru sedang memberikan materi dan berusaha mempraktikkan pembelajaran baik yang diajarkan, sehingga peserta didik tidak hanya berprestasi secara kognitif, tetapi juga berprestasi dibidang afektif maupun psikomotor. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Anguttara Nikaya Jilid 2, Catukka Nipāta, Āpattibhaga Vagga, Paññāvuddhi Sutta, Sang Buddha berkata:
Cattārome, bhikkhave, dhammā paññāvuddhiyā saṃvattanti. Katame cattāro? Sappurisa-saṃsevo, saddhammasavana, yonisomanasikāro, dhammānudhammappaṭipatti-ime kho, bhikkhave, cattāro dhammā paññāvuddhiyā saṃvattantī ti artinya Para bhikkhu, empat hal ini mengarah pada pertumbuhan kebijaksanaan. Apakah empat ini? Pergaulan dengan orang-orang baik, mendengarkan Dhamma sejati, pengamatan seksama, dan praktik sesuai Dhamma. Keempat hal ini mengarah pada pertumbuhan kebijaksanaan (Bodhi, 2015: 297).
Pertumbuhan kebijaksanaan sangat berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik, hal ini disebabkan karena kebijaksanaan memiliki peranan penting dalam mengontrol diri baik dalam berpikir, berucap maupun bertindak sehingga memiliki kekuatan yang dapat membantu, mendorong dan menjadi motivasi didalam proses belajarnya.
Seseorang yang belajar dengan baik tentu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik pula, baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Sama halnya dalam Mangala Sutta yang menyebutkan bahwa “Bāhusaccañca sippañca vinayo ca susikkhito subhāsitā ca yā vācā etam mangalamuttamam” yang artinya berpengetahuan luas dan berketerampilan, terlatih baik dalam tata susila, dan bertutur kata dengan baik, itulah berkah utama (Dhammadhiro, 2005: 31-33). Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan belajar baik yang dilakukan oleh peserta didik. Siswa yang rajin belajar dan memiliki keterampilan, terlatih baik dalam berpikir, berucap maupun bertindak, maka secara otomatis memiliki kebiasaan belajar yang baik pula sehingga memiliki pengetahuan yang luas dan berketerampilan sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan dengan baik.
Selengkapnya, silahkan unduh