form informasi
DUMAS
 
Kontak & Lokasi Kampus
 
 
 
Untitled Document
Selamat datang di STABN Sriwijaya "Buddhistik Unggul Berkarakter". Anda memasuki wilayah Zona Integritas: bebas dari korupsi dan bebas dari gratifikasi    |    STOP PUNGLI !!! Kami TOLAK PUNGLI !!! Ada pungutan liar, laporkan ke: lapor@saberpungli.id ; Call Center: 0821 1213 1323; SMS: 1193 / 0856 8880 881 / 0821 1213 1323; Fax.: 021-345 3085   |   
 
 
Untitled Document
Pendaftaran Online
Program Reguler
Area Mahasiswa  -  Dosen
Alumni
Beasiswa
Galeri
Publikasi P2M
Publikasi P3M
Layanan Informasi
E-Journal
Kuliah Online
Repository
PPID
SW Penerbit
 
Artikel
 
 
PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KARAKTER SISWA SMA EHIPASSIKO
12-02-2018 | dibaca 947 X

PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KARAKTER SISWA
SMA EHIPASSIKO

Brian Yuriko
BrianYuriko@gmail.com


Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki bermacam suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah. Bermacam suku bangsa pasti memiliki karakter berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari perbuatan maupun tindakan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan peserta didik berada di lingkungan sekolah yang memiliki fasilitas lengkap, maka akan mempengaruhi pengetahuan yang ia dapatkan. Adanya sarana pasarana yang lengkap di sekolah akan mempermudah peserta didik untuk meningkat beberapa aspek. Lingkungan budaya sekolah yang baik merupakan sesuatu dapat membantu perkembangan peserta didik ke arah positif dalam perilaku dalam sekolah maupun di luar.

Pengaruh budaya sekolah yang positif di luar lingkungan sekolah salah satunya yaitu peserta didik memiliki perilaku sopan terhadap orangtua, teman, dan memiliki kepribadian yang baik. Kebiasaan perilaku yang baik tersebut semakin lama akan menjadi sebuah karakter peserta didik. Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang dan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan. Karakter seseorang diwujudkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

Karakter adalah merupakan sebagai cara berpikir dan berperilaku setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani dan Hariyanto, 2012: 41). Peribadi berkarakter yang baik adalah individu yang dapat mempertanggung jawabkan atas apa ia lakukakan dalam kehidupan sehari-harinya. Peribadi karakter yang tidak baik merupakan individu tidak bertanggung jawab atas apa ia lakukan melalui perbuatan maupun ucapan.. Phlips dalam Mu’in (2012: 160) karakter merupakan kumpulan tata nilai menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Senada dengan hal tersebut Abdullah Munir dalam Astuti (2015: 12) menyatakan karakter adalah sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan, melekat pada diri seseorang yang sangat kuat dan sulit untuk dihilangkan. Karakter dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya, atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan diterima dari lingkungan misalnya yakni, keluarga pada masa kecil, bawaan sejak lahir (Mu’in, 2012: 160). Phlips dalam Mu’in (2012: 160) karakter merupakan kumpulan tata nilai menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Senada dengan hal tersebut Abdullah Munir dalam Astuti (2015: 12) menyatakan karakter adalah sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan, melekat pada diri seseorang yang sangat kuat dan sulit untuk dihilangkan. Karakter dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya, atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan diterima dari lingkungan misalnya yakni, keluarga pada masa kecil, bawaan sejak lahir (Mu’in, 2012: 160).

Tridhonanto (2012: 4) mengemukakan karakter adalah sebagai serangkaian perilaku yang dilakukan seseorang untuk membedakan antara perbuatan baik dan buruk. Perilaku baik dan buruk yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat mengambarkan karakter ia miliki. Demikian pula dengan seseorang yang memiliki perilaku jelek, seperti tidak jujur, rakus, kejam, dan perilaku jelek lainnya dapat dikatakan orang berkarakter jelek. Robert Marine (Samani dan Hariyanto, 2012: 42) karakter sebagai gabungan antara samar-samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan yang membangun pribadi seseorang. Karakter baik dan buruk yang dimiliki setiap individu dapat dipengaruhi oleh faktor bawaan dari sejak ia dilahirkan. Dalam agama Buddha menjelaskan secara detail tentang karakter manusia. Karakter dapat tercermin dari perbuatan yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam Anguttara Nikaya, Lakhana Sutta (Bodhi dan Nyanyoponika, 2003: 204) Buddha berkhotbah bahwa:

Para bhikkhu, si dungu dikarakteristikan oleh. perbuatannya Kebijaksanaan bersinar dalam manifestasikan. Para bhikkhu, seseorang yang memiliki tiga kualitas harus dikenali sebagai seseorang dungu. Apakah tiga ini? Perbuatan buruk melalui jasmani, perbuatan buruk melalui ucapan, dan perbuatan buruk melalui pikiran. Seseorang yang memiliki ketiga kualitas ini harus dikenali sebagai seorang bijaksana. Apakah tiga ini? Perbuatan melalui jasmani, perbuatan baik melalui ucapan, dan perbuatan baik melalui pikiran.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik meliputi komponen pengetahuan, kesadaraan atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan sesuatu yang dapat mengubah individu seseorang menjadi lebih baik. Winton (Samani dan Hariyanto, 2011: 12) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sunguh-sunguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Senada dengan hal tersebut Aunillah (2011: 18) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah sistem penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaraan, tekat, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakannya.

Pendidikan karakter yang positif merupakan suatu kegiatan yang mengacu kepada perubahan perilaku siswa untuk menjadi lebih baik. Sebaliknya pendidikan karakter yang negatif menunjukan bahwa peserta didik tidak memiliki perubahan perilaku maupun tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diperlukan guru sebagai seseorang yang mengarahkan peserta didik. Guru atau pendidik di sekolah merupakan sebagai pembentuk watak peserta didik di sekolah, dengan mengarahkan siswa agar menjadi pribadi yang baik. Mu’in (2011: 350) menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian seperti: bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, guru harus suka bergaul, guru yang penuh minat, dan guru suka belajar terus-menerus. Menurut Susilo Bambang Yudhoyono ( Aunillah, 2011: 97) terdapat lima dasar tujuan pendidikan karakter, yakni membentuk manusia Indonesia yang bermoral, membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional, membentuk manusia Indonesia yang inovatif dan suka bekerja keras, membentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya diri, dan membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot.

Berdasarkan pengertian pendidikan karakter di atas dapaat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan langkah yang sangat tepat untuk membentuk kepribadian peserta didik. Salah satunya membentuk peserta didik yang memiliki jiwa patriot. Jiwa patriot adalah adanya sikap cinta kasih di dalam diri peserta didik, seperti keraan untuk berjuang, berkorban, serta kesiapan diri dalam memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Selain pendidikan karakter yang mempengaruhi peserta didik, budaya yang diterapkan oleh pihak sekolah dapat mempengaruhi karakter siswa.

Munandar Sulaeman (2012: 37) kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sanskerta, yakni bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi’ atau “akal”. Kata “budaya” merupakan perkembangan mejemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi”. Menurut Munandar Sulaeman (2012: 35) kebudayaan mengandung pengertian yang sangat luas, yakni meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang bersifat komplek, berdasarkan pengetetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya diperoleh dari anggota masyarakat. Linton (Keesing,1981: 68) kebudayaan adalah seluruh dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Perucci dan Hamby dalam Mulyana (2015 : 13) mengartikan bahwa budaya sebagai segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia dalam masyarakat tertentu serta berbagai akumulasi atau sejarah dari suatu peristiwa atau perbuatan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama pada masa lampau. Selain itu menurut Ralp Linton dalam Slamet Santoso (2010: 48) menyatakan bahwa budaya sebagai keseluruhan jumlah tingkah laku, sikap dan nilai yang dibagikan dan dipindahkan oleh anggota masyarakat. Menurut Krocber (Slamet Santoso, 2010: 48) memberi pengertian kebudayaan merupakan kumpulan rekasi motorik kebiasaan, cara-cara, ide-ide, dan nilai serta tingkah laku yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya adalah pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat mencangkup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai-nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak (Norkolis, 2002: 200).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (Dendi Sugono,1991:194) didefinisikan dalam dua pandangan yaitu: pertama hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Budaya merupakan wadah untuk menambah kepercayaan seseorang pada sesuatu diyakininya, seperti halnya seseorang meyakini dengan melakukan pemujuan terhadap pohon besar akan memberikan keberuntungan. Budaya tersebut dilakukan secara berkesinambungan dari genarasi-kegenarasi.

Mengunakan pendekatan ilmu antropologi yaitu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pemahaman dan menjadi pedoman tingkah lakunya. Lingkungan seseorang tinggal berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukakanya. Seperti halnya, seseorang bertempat tinggal dilingkungan yang baik akan mempengaruhi perilaku dilakukangan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Endraswara (2006: 77) mendefinisikan budaya adalah sesuatu yang hidup, berkembang, bergerak menuju titik tertentu. Pendapat lain dijelaskan oleh Baker dalam Munandar Sulaeman (2012: 41) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai penciptaan perkembangan nilai yang meliputi segala apa ada dalam alam fisik, personal dan sosial, yang disempurnakan untuk realisasi tenaga manusia dan masyarakat. Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat miliki dengan belajar.

Short dan Greer (Zuchdi, 2011: 133) mendefinisikan bahwa budaya sekolah merupakan keyakinan, kebijakan, norma, dan kebiasaan dalam sekolah yang terbentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah. Menurut Zamroni (2011: 111) budaya sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsip, kebiasaan, tradisi, dan kebiasaan yang terbentuk di lingkungan sekolah, kemudian dijadikan pegangan untuk bertindak dan berperilaku. Budaya sekolah yang diterapkan di sekolah tujuannya adalah untuk menanamkan nilai-nilai yang mengacu pada perubahan peserta didik maupun lingkungan sekolah. Berdasarkan dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah dalam lingkungan sekolah.

Berdasarkan teori para ahli di atas mengenai pengertian budaya, penulis menyimpulkan budaya merupakan segala sesuatu yang dilakukan, dan dipikirkan oleh manusia untuk menciptakan hasil yang diharapkan. Budaya tersebut akan menghasilkan nilai-nilai yang dapat menjadi sesuatu pedoman untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sekolah diharapkan memiliki budaya yang dapat mempengaruhi keperibadian siswa di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.


Selengkapnya, silahkan unduh

 
 
Profil Bulan Ini
 
 
Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI
Upacara Bendera
   
 
 
 
     
 
Alumni Sukses
     
 
Tetap Berusaha dan Pantang Menyerah
Kesuksesan
   
 
 
 
     
Berita
 
 
STABN Sriwijaya Meluncurkan Jurnal Internasional: Membangun Jembatan Pengetahuan Antarbangsa
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Sriwijaya telah mencatatkan sejarah baru dengan peluncuran Jurnal Internasional
   
STABN Sriwijaya dapat atensi komunitas Buddhist dunia
STABN Sriwijaya dapat atensi komunitas Buddhist dunia
   
 
 
 
     
 
Artikel
     
 
Tingkat Keaktifan Mahasiswa dalam Perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya
Bahwa keaktifan bertanya mahasiswa dalam perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya dapat dikategorikan "Sering" menurut 53 orang
   
TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA
Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan akademik STABN Sriwijaya sebesar 75,52% yaitu mahasiswa merasa puas terhadap layanan yang diberikan
   
 
 
 
     
    All Right Reserved © STABN SRIWIJAYA