Di
dunia, diperkirakan sekitar 4.200 agama yang berkembang. Di antara agama yang
ada, terdapat agama yang banyak dianut oleh penduduk dunia, yaitu Kristen,
Islam, Hindu (Brahmanisme), dan Buddha. Agama Buddha memiliki ciri khas yaitu
ajaran mengenai bhavana atau yang
lebih dikenal dengan meditasi. Bhavana
adalah pemusatan pikiran sebagai cara atau metode pengembangan batin. Mettadewi
(2009: 79) mengartikan bhavana yaitu
pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Kata bhavana merupakan bahasa Pali, berasal dari bentuk kata kerja bhu dan bhavati, yang berarti sebabnya dari ada, atau menjadi, penyebutan
dalam keadaan, terbuka dan perkembangan (Buddhagosacariya, 2004: 15).
Bhavana tidak hanya
terdapat di agama Buddha saja, dalam agama Hindu terdapat tapabrata yang serupa dengan
bhavana, namun agama Buddha menjelaskan dengan lebih rinci dan mendetail. Masyarakat lebih mengenal bhavana menurut agama Buddha, sehingga bhavana atau meditasi menjadi salah satu
ciri dari Agama Buddha. Setelah mencapai penerangan sempurna pada tahun 588 SM,
Sang Buddha menemukan bahwa satu-satunya jalan (ekayano maggo) untuk mencapai kebahagiaan tertinggi (Nibbana) adalah dengan mempraktikkan bhavana.
Terdapat
dua jenis bhavana, yaitu samatha bhavana dan vipassana bhavana. Samatha dalam
bahasa Pali memiliki arti tenang (Sikkhananda, 2015: 25). Samatha bhavana berarti pengembangan ketenangan batin. Samatha bhavana adalah pengembangan batin yang bertujuan untuk
memperoleh ketenangan (Mettadewi, 2009: 85). Samatha bhavana juga dapat diartikan sebagai meditasi ketenangan.
Menurut Buddhagosacariya (2004: 14) samatha
bhavana yaitu meditasi tingkat awal (lokiya
atau duniawi),
yaitu untuk mencapai ketenangan batin melalui pemusatan pikiran pada satu
objek.
Vipassana berasal
dari dua kata, yaitu “vi” dan “passana”. Kata “vi” berarti dengan berbagai
cara, sedangkan “passana” berarti
memperhatikan segala bentuk fenomena yang hadir saat ini melalui enam pintu
indera (mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran) (Jotalankara, 2013:
187). Sikkhananda (2015: 28) mendefinisikan vipassana
dalam dua arti, yaitu (1) melihat keanekaragaman dari fenomena berkondisi, dan
(2) melihat fenomena mental dan jasmani dengan detail atau teliti sehingga
dapat melihat tiga sifat umumnya.
Dalam
perkembangannya di era modern ini, bhavana
mulai dikenal banyak orang. Manfaat yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari
membuat masyarakat dunia mulai mempelajari bhavana
atau meditasi. Di Eropa dan Amerika misalnya, meditasi menjadi sebuah trend baru sebagai media untuk
menghilangkan stres. Tempat-tempat pusat pelatihan meditasi dan dibuka dan
dipenuhi oleh orang-orang yang ingin belajar. Bhavana tidak dilakukan oleh umat Buddha saja, namun banyak pula
umat non Buddhis yang ikut serta dalam pelatihan. Tercatat bahwa terdapat
sepuluh tempat pusat meditasi di Amerika Utara, tiga di Amerika Latin, delapan
di Eropa dan tujuh di Australia/ Selandia Baru. Selain pusat-pusat bhavana di atas, dilakukan retret secara
periodik untuk kalangan tertentu, seperti pelatihan untuk eksekutif bisnis,
kalangan pemerintah, dan narapidana.
Hal
di atas menunjukkan bahwa bhavana
atau meditasi mulai diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat umum. Bhavana diyakini sebagai problem solving yang tepat bagi
permasalahan kehidupan manusia di era modern ini. Manfaat bhavana menurut Mettadewi
(2009: 80-83) menyebutkan, yaitu: (1) mendapatkan relaksasi; (2) menimbulkan
ketabahan dan keberanian; (3) Memperoleh kepercayaan diri; (4) mengatasi rasa
takut; (5) mudah puas;
(6) memberikan pengertian benar; (7) mengatasi keragu-raguan; (8) menguatkan
ingatan; (9) mengendalikan emosi; dan (10) mengendalikan nafsu keinginan.
Namun,
saat masyarakat dunia mulai melaksanakan bhavana,
justru umat Buddha sendiri mulai meninggalkan bhavana. Bhavana yang seharusnya
dilakukan setiap hari dan setiap saat sudah tidak lagi dilaksanakan, bahkan
pada saat sesi bhavana dalam puja
bakti, tidak banyak umat yang melaksanakan bhavana.
Pada
saat sesi bhavana, seringkali
dijumpai umat yang hanya melihat-lihat sekeliling, mengobrol sendiri, bahkan
memainkan gadget, padahal sesi bhavana hanya berlangsung cukup singkat
yaitu sekitar lima sampai lima belas menit saja. Namun, banyak umat yang tetap
tidak melaksanakan bhavana. Umat
Buddha juga enggan melaksanakan pelatihan dan retret-retret yang dilaksanakan.
.
Selengkapnya, silahkan unduh